Tuesday, July 14, 2009

Delapan Kebohongan Seorang Ibu Dalam Hidupnya

Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita percaya bahwa kebohongan akan membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi kisah ini justru sebaliknya. Dengan adanya kebohongan ini, makna sesungguhnya dari kebohongan ini justru dapat membuka mata kita dan terbebas dari penderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong mekarnya sekuntum bunga yang paling indah di dunia.

Cerita bermula ketika si Fulan masih kecil, dia terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya anak kesayangannya. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata :

“Makanlah nak, aku tidak lapar”
———- KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA

Ketika si Fulan mulai tumbuh dewasa, ibunya yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekiat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk petumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu si Fulan memakan sup ikan itu, ibu duduk disampingnya dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang dimakan oleh putranya. si Fulan yang melihat ibunya seperti itu, hatinya tersentuh, lalu dia memberikan sumpitnya dan memberikannya kepada ibuku.

Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata :
“Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan”
———- KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA

Sekarang si Fulan sudah duduk di bangku SMP, dia memiliki dua orang kakak. Demi membiayai sekolah kedua kakaknya, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, si Fulan bangun dari tempat tidurnya, dia melihat samg ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak korek api.

Aku berkata :”Ibu, tidurlah, udah malam,
besok pagi ibu masih harus kerja.” Ibu tersenyum dan berkata :
“Cepatlah tidur nak, aku tidak capek”
———- KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA

Ketika ujian tiba, sang ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemani putra kesayangannya pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu si Fulan yang tegar dan gigih menunggu putranya dibawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai, sang ibu dengan segera menyambut si Fulan dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental.

Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum.
Ibu berkata : “Minumlah nak, aku tidak haus!”
———- KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT

Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumah mereka memberikan bantuan kepada Ibu, baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan mereka yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibu si Fulan untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka,
Ibu berkata : “Saya tidak butuh cinta”
———-KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA

Setelah si Fulan dan kedua kakaknya tamat dari sekolah dan bekerja, ibu mereka sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kedua kakak si Fulan yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibunya, tetapi sang ibu bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut.
Ibu berkata : “Saya punya duit”
———-KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM

Setelah lulus dari S1, si Fulan melanjutkan studi ke S2 dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya dia pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, dia bermaksud membawa sang ibu untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepada:

“Aku tidak terbiasa”
———-KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH

Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker lambung, harus dirawat di rumah sakit, si Fulan yang berada jauh di seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ibundanya tercinta. Dia melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani operasi. Ibu yang
keliatan sangat tua, menatapnya dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum
yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya.
Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Dia menatap ibunya sambil berlinang air mata. Hatinya begitu perih, sakit sekali melihat ibunya dalam kondisi seperti
ini.
Tetapi ibu dengan tegarnya berkata:

“Jangan menangis anakku, Aku tidak kesakitan”
———-KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.

Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibunya tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.

0 komentar:

Post a Comment

 

Republika Online

gontor.ac.id

myQuran

Arrahmah.Com

Kawulo Alit - Site Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template